Jumat, 10 Juli 2015

Cerita Dewasa - Pria Lugu dan Tante Bernafsu


Sebagai seorang pemuda perantau yang masih lugu, aku ke Jawa untuk melanjutkan studi dan mengadu nasib. Paman dan Bibi yang tinggal di sebuah kota kecil sebelah timur Semarang sudah dikirimi telegram untuk menjemput aku, namun karena komunikasi yang kurang lancar, sehingga kami tidak bertemu. Dengan berbekal alamat rumah Paman, aku memutuskan untuk langsung berangkat ke kota ML dengan menggunakan bis kota.
Tiba di kota ML sudah menjelang sore hari, dan dalam keadaan lapar aku menuju ke rumah Paman, namun ternyata Paman dan Bibi sudah sejak pagi berangkat ke Semarang untuk menjemput aku. Berkat kebaikan tetangga (karena sudah diberitahu Bibi mengenai kedatangan aku) Pak Yanto dan istrinya tante dona (keduanya berusia sekitar 45 tahunan), aku diberitahu untuk tinggal sementara di rumah mereka. Disinilah awal dari inti kisah nyata aku.
tante dona sebagai umumnya wanita Jawa setengah baya dan kebetulan belum dikarunia momongan selalu memakai kebaya dan rambutnya disanggul, sehingga penampilan selalu anggun. Bertubuh sekal, pinggul dan pantatnya yang besar, suka tersenyum dan sangat baik.
Malam itu kira-kira jam 19:00 om Yanto sebagai petugas kantor pos harus lembur malam karena akhir Desember banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sementara aku karena kecapaian setelah menempuh perjalanan panjang tertidur pulas di kamar yang telah disediakan tante dona.
Kira-kira jam 11 malam aku terbangun untuk ke kamar kecil yang ada di belakang rumah, dan aku harus melewati ruang tamu. Di ruang tamu aku melihat tante dona sedang menonton TV sendirian sambil rebahan di kursi panjang.
"Mau kemana Dik..? Mau keluar maksudnya..?" tanya tante dona lagi.
Karena rupanya tante dona tidak mengerti, akhirnya aku katakan bahwa aku mau kencing.
"Ohh.., kalau begitu biar Ibu antarkan." katanya.
Waktu mengantar aku, tante dona (mungkin pura-pura) terjatuh dan memegang pundak aku. Dengan sigap aku langsung berbalik dan memeluk tante dona, dan rupanya tante dona langsung memeluk dan mencium aku, namun aku berpikir bahwa ini hanya tanda terima kasih.

Setelah kencing aku balik ke kamar, namun tante dona mengajak aku untuk nonton TV. Posisi tante dona sekarang tidak lagi berbaring, namun duduk selonjor sehingga kainnya terangkat ke atas dan kelihatan betisnya yang putih bulat. Sebagai pemuda desa yang masih lugu dalam hal sex, aku tidak mempunyai pikiran yang aneh-aneh, dan hanya menonton sampai acara selesai dan kembali ke kamar untuk tidur lagi.
Pagi-pagi aku bangun menimba air di sumur mengisi bak mandi dan membantu tante dona untuk mencuci, sementara Paman dan Tante belum kembali dari Surabaya karena mereka sedang mencari aku disana. Om Yanto sudah berangkat lagi ke kantor, tinggal aku dan tante dona di rumah. tante dona tetap mengenakan sanggul. Beliau tidak berkebaya melainkan memakai daster yang longgar, duduk di atas bangku kecil sambil mencuci. Rupanya tante dona tidak memakai CD, sehingga terlihat pahanya yang gempal, dan ketika tahu bahwa aku sedang memperhatikannya, tante dona sengaja merenggang pahanya, sehingga kelihatan jelas bukit vaginanya yang ditumbuhi bulu yang cukup lebat, namun hingga selesai mencuci aku masih bersikap biasa.
Setelah mencuci, tante dona memasak, aku asyik mendengarkan radio, waktu itu belum ada siaran TV pagi dan siang hari. Siangnya kami makan bersama Om Yanto yang memang setiap hari pulang ke rumah untuk makan siang.
Malam harinya Om Yanto kembali lembur, dan tante dona seperti biasa kembali mengenakan kebaya dan sanggul, sambil nonton TV. Di luar hujan sangat lebat, sehingga membuat kami kedinginan, dan tante dona meminta aku untuk mengunci semua pintu dan jendela.
Pada saat aku kembali ke ruang tamu, rupanya tante dona tidak kelihatan. aku menjadi bingung, aku cek apakah dia ada di kamarnya, juga ternyata tidak ada. aku balik ke kamar aku, ternyata tante dona sedang berbaring di kamar aku, dan pura-pura tidur dengan kain yang tersingkap ke atas, sehingga hampir semua pahanya yang putih mulus terlihat jelas.
aku membangunkan tante dona, namun bukannya bangun, malah aku ditarik ke samping ranjang, dipeluk dan bibir aku diciuminya. Karena aku masih bersikap biasa, tante dona membuka kebayanya dan meminta aku untuk mencium buah dadanya yang sangat besar dengan puting hitam yang sangat menantang. aku menuruti dengan perasaan takut, dan ternyata ketakutan aku membuat tante dona semakin penasaran dan meminta aku untuk membuka baju dan celana panjang, sehingga tinggal CD, sementara tante dona mulai membuka kainnya.
tante dona mulai mencium adik kecil aku, dan meminta aku melakukan hal yang sama, dengan mencium memeknya yang wangi dan merangsang secara bergantian. Sambil mencium memeknya, tangan aku disuruh meremas buah dadanya yang masih keras dan kadang memilin putingnya yang mulai mengeras, nafas tante dona mulai terasa cepat, dan meminta aku untuk membuka CD dan mencium tonjolan daging yang tersembul di mulut memek. aku melakukan sesuai perintah tante dona, dan ternyata terasa basah di hidung aku karena banyaknya cairan yang keluar dari memek tante dona, sementara tante dona mendesis dan mendesah keenakan dan kadang-kadang mengejangkan kakinya.
"Uhh.. ohh.. ahh.. ohh.., terus Dik..!" desahnya tidak menentu.

Meriam aku berdiri tegang dan tante dona masih mempermainkan dengan tangannya. Sesekali tante dona meminta aku untuk mengulum bibir dan putingnya. Setelah puas dengan permainan cumbu-cumbu kecil ini, tante dona kembali ke kamarnya dan aku pun teridur dengan pulasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar